Selasa, 27 April 2021

Manajemen Kelas

 Bismillahirahmanirohim

"Manajemen Kelas"

Manajemen Kelas berasal dari kata “manajemen dan kelas”. Secara etimologis Manajemen berasal dari bahasa inggris “Management” yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen dari kata Management, diartikan sebagai proses menggunakan dan menyelenggarakan sumber daya sehingga dapat berjalan lancar, efektif, efisien serta tepat sasaran. Sedangkan secara istilah, Engkoswara dan Komariah menyebutkan bahwa Manajemen adalah suatu proses kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara individu ataupun kelompok dalam mengkoordinasi dan menggunakan berbagai sumber untuk mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif dan efisien (Nugraha, 2018: 30).

Menurut Hadari Nawawi dalam (Erwiyansah, 2017: 89) kelas dalam pengertian umum dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi siswa. Beliau juga memandang kelas dari dua sudut, yaitu: 1) kelas dalam arti sempit: ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. 2) kelas dalam arti luas: sebagian masyarakat yang merupakan bagian dari warga sekolah, dalam satu kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis digunakan dalam proses belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.

Manajemen kelas merupakan suatu ketrampilan yang perlu dimiliki guru dalam memahami, mendiagnosis, memutuskan dan kemampuan bertindak menciptakan suasana kelas yang dinamis serta kondusif. Oleh karena itu, seorang guru memiliki peran yang cukup penting terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu dan membimbing perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru melakukan dua tugas pokoknya yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Pada hakikatnya kegiatan mengajar adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Sedangkan kegiatan mengelola kelas berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Manajemen Kelas merupakan kegiatan inti di dalam pendidikan yang di mana semuanya mencakup seluruh jenis manajemen pendidikan. Di dalam manajemen kelas ini terdapat istilah “pengelolaan kelas” baik bersifat intruksional maupun manajerial. Oleh karenanya manajemen kelas digunakan sebagai upaya mengelola siswa di dalam kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana/kondisi kelas yang menunjang program pembelajaran dengan jalan menciptakan dan meningkatkan motivasi siswa untuk selalu ikut aktif dan berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah.

Unsur-unsur Manajemen

a. Manusia (Man)

Manusia adalah unsur terpenting di dalam manajemen yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

b. Uang (Money?

Uang digunakan sebagai modal untuk memulai suatu kegiatan.

c. Bahan Baku (Material)

Bahan baku merupakan modal untuk memulai suatu manajemen yang baik. Contohnya: peserta didik.

d. Mesin (Machine)

Karena adanya perkembangan teknologi, maka tidak menutup kemungkinan mesin (teknologi) dipakai sebagai penunjang terlaksana kegiatan manajemen kelas.

e. Metode (Method)

Metode merupakan hal terpenting untuk mencapai sasaran. Contohnya Metode kerja sangat dibutuhkan agar mekanisme kerja berjalan efektif dan efisien.

f. Informasi (information)

Unsur-unsur Pengelolaan Kelas

a. Preventif merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaran. Salah satu upaya atau keterampilan yang perlu dimiliki oleh seorang guru untuk mendukungnya antara lain :

1) Peka. Sikap peka maksudnya guru mampu mengetahui sesegera mungkin untuk merespon terhadap berbagai perilaku atau aktivitas yang mengganggu pembelajaran atau berkembangnya sikap maupun sifat negatif dari siswa maupun lingkungan pembelajaran lainnya.

2) Perhatian merupakan sikap di mana guru selalu memberikan perhatian pada peserta didik pada aktivitas lingkungan maupun aktivitas lainnya. Perhatian merupakan suatu bentuk keterampilan dan kebiasaan yang perlu dimiliki oleh guru.

b. Refrensif merupakan keterampilan untuk tidak melakukan tindakan kekerasan seperti halnya penanganan dalam gangguan keamanan. Keterampilan refrensif merupakan suatu unsur dari keterampilan untuk mengelola kelas.

c. Modifikasi tingkah laku seperti:

1) Pengelolaan Kelompok

2) Diagnosis (keterampilan untuk mencari tahu penyebab gangguan maupun yang menjadi kekuatan untuk meningkatkan proses pembelajaran).

Fungsi Manajemen Kelas

Fungsi manajemen kelas menurut Karwati dan Priansya dalam (Nugraha, 2018: 32-33) adalah:

1. Fungsi perencanaan kelas.

Perencanaan merupakan usaha untuk mencapai target yang ingin dicapai atau diraih di masa depan. Perencanaan kelas penting bagi guru karena berfungsi untuk: a. menjelaskan dan merincikan tujuan yang ingin dicapai di dalam kelas. b. Menetapkan peraturan untuk diikuti agar tujuan kelas dapat tercapai dengan efektif. c. memberikan tanggung jawab kepada peserta didik. d. Memonitor aktivitas yang ada di kelas agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2. Fungsi pengorganisasian kelas

Mengorganisasikan berarti: a. Menentukan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan. b. Merancang dan mengembangkan peserta didik dengan kemampuan berbeda-beda. c. Memberikan tugas ke peserta didik untuk bertanggung jawab pada tugasnya.

3. Fungsi kepemimpinan kelas

Menciptakan kelas yang kondusif merupakan tanggung jawab guru di dalam kelas. Oleh karenanya, guru perlu memimpin, mengarahkan, memotivasi, dan membimbing peserta didik untuk dapat melaksanakan proses belajar dan pembelajaran yang efektif sesuai dengan fungsi dan tujuan pembelajaran.

4. Fungsi pengendalian kelas

Pengendalian adalah proses yang digunakan untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Proses pengendalian melibatkan: a. Menetapkan standar penampilan kelas. b. Menyediakan alat ukur standar penampilan kelas. c. Membandingkan kerja dengan standar yang ditetapkan di kelas. d. Mengambil tindakan secepatnya jika terdapat penyimpangan yang tidak sesuai dengan tujuan kelas.

Dalam jurnal Erwinyansah: 2017 disebutkan fungsi manajemen kelas yaitu:

a. Memberikan pemahaman yang lebih jelas kepada guru tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya dengan pembelajaran yang d untuk mencapai tujuan itu.

b. guru dalam memperjelas maksud pemikiran tentang sumbangan pengajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan.

c. pola acuan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan dan prosedur yang digunakan.

d. Membantu guru dalam mengenal kebutuhan-kebutuhan murid, minat-minat murid serta mendorong motivasi belajar.

e. Di dalam mengajar dengan adanya organisasi kurikulum yang lebih baik, metode yang tepat dan menghemat waktu.

f. Membantu guru dalam mengajar serta memberikan bahan-bahan yang up-to-date (terbaru) kepada murid.

g. Membantu murid untuk menghormati gurunya dengan sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk mengajar sesuai dengan harapan-harapan mereka.

h. Memberikan peluang bagi guru untuk memperbaiki pribadinya dan mengembangkan profesionalnya.

i. Membantu guru untuk percaya diri dan menjamin atas diri sendiri.

Tujuan Manajemen Kelas

Tujuan dari Manajemen kelas secara umum adalah untuk menciptakan kondisi lingkungan kelas yang baik, kondusif yang memungkinkan siswa untuk melakukan sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan tujuan manajemen kelas secara khusus dibagi menjadi dua yaitu: agar siswa dapat bekerja dengan tertib, sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien dan agar guru mampu menguasai kelas dengan menggunakan berbagai macam dan strategi untuk memecahkan masalah yang ada (Erwinsyah, 2018: 92-93)

Prinsip Manajemen Kelas

Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dilaksanakan sesuai prinsip-prinsip mengajar. Ia harus mempertimbangkan segi dan strategi pembelajaran, dirancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis, realitas dan fleksibel, baik yang menyangkut masalah interaksi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemanfaatan sumber belajar (pengajaran) maupun evaluasi pembelajaran. Dengan begitu manajemen kelas akan lebih efektif (Nugraha, 2018: 33)

Faktor yang mempengaruhi Manajemen Kelas

a. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran adalah upaya antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, yang bertujuan agar pengetahuan yang diberikan dapat bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta dengan harapan adanya perubahan yang lebih baik untuk mencapai peningkatan yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu. Proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual, berpikir kritis dan menumbuhkan kreativitas serta perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

b. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siswa dan merangsang keingintahuan serta memotivasi kemampuan mereka (Dahar, 1996: 106). Tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu: Tujuan kognitif (perkembangan intelektual). Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai (perkembangan moral). Dan tujuan psikomotorik, menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur-unsur motorik.

c. Komponen-komponen Pembelajaran

Komponen yang mempengaruhi berjalannya suatu proses pembelajaran menurut Djamarah (2013: 48), dalam kegiatan belajar mengajar yaitu: 1) guru, 2) siswa, 3) materi pembelajaran, 4) metode pembelajaran, 5) media pembelajaran, 6) evaluasi pembelajaran.

Perencanaan Manajemen Kelas

1. Menyusun Kalender Pendidikan, Prota dan Promes

2. Menyusun Silabus

3. Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP)

Pelaksanaan Manajemen Kelas

1. Memotivasi siswa agar berkonsentrasi pada Pelajaran

2. Mengondisikan siswa untuk siap belajar di kelas

3. Pemberian stimulus supaya aktif di kelas

4. Suasana kelas

5. Ruang kelas (Pengaturan tempat duduk)

6. Metode Pembelajaran

7. Penggunaan Media

Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen Kelas yang dikutip dalam jurnal (Nugraha, 2018: 40-41). Faktor penghambat di antaranya:

1. Kelas yang mendapat jam pelajaran tambahan karena kegiy

2. Siswa kurang disiplin dalam mengerjakan tugas.

3. Siswa kurang aktif di kelas

4. Siswa sering keluar masuk kelas dengan alasan ke WC.

Sedangkan faktor yang dapat mendukung dalam proses belajar mengajar adalah tersedianya fasilitas-fasilitas sarana dan prasarana yang cukup lengkap seperti LCD dikelas, buku-buku perpustakaan yang memadai, terjalinnya koordinasi yang baik antara guru-guru, dan dukungan dari pihak sekolah serta dukungan dari orang tua.

Strategi Guru untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran yang dikutip dalam jurnal (Nugraha, 2018: 41-42)

1. Memotivasi siswa yaitu pemberian dorongan kepada siswa untuk memusatkan perhatian pada pelajaran.

2. Mengikutsertakan siswa dalam proses KBM yaitu Bagaimana guru memandang suatu persoalan dan teori apa yang digunakan dalam memecahkan suatu kasus, karena hal tersebut akan mempengaruhi ingatannya

3. Mengkondisikan siswa untuk siap belajar dikelas yaitu Kesiapan mental siswa untuk menerima materi yang akan disampaikan oleh guru.

4. Memberi stimulus agar siswa aktif bertanya di kelas.

5. Menggunakan metode yang tepat dan beragam.

Daftar Pustaka

Erwinsyah Alfian. 2017. Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Efektivitas Proses Belajar Mengajar. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. Vol. 5 No. 2

Nugraha Muldiyana. 2018. Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Proses Pembelajaran. Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan. Vol. 4 No. 1



Senin, 19 April 2021

Manajemen Sekolah

 Bismillahirahmanirohim

Manajemen Sekolah

A. Pengertian Manajemen Sekolah

Manajemen merupakan sebuah proses mengatur atau mengelola sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan sekolah merupakan lembaga pendidikan sebagai proses belajar mengajar, mendidik, menerima dan memberikan ilmu serta menciptakan karakter siswa yang baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen sekolah berarti proses mengatur dan mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Secara garis besar manajemen sekolah dan manajemen pendidikan memiliki pengertian yang hampir sama. Yang di mana manajemen pendidikan diartikan sebagai administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan merupakan proses pengelolaan segala sesuatu baik pribadi spiritual maupun material yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pendidikan (Purwanto, 2008) yang dikutip dalam buku “Manajemen sekolah” (Nurdyansyah, 2017).

Dalam hal lain James. Jr (2007:14) yang dikutip oleh (Widodo, 2017) mendefinisikan manajemen sekolah sebagai proses pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menciptakan sekolah yang efektif dan efisien. Tujuan pendidikan yang efektif dan efisien merupakan tujuan yang jelas, menggunakan bahasa yang baku agar mudah dipahami, program disusun secara menyeluruh dan saling berhubungan dengan program lain sehingga saling memberikan manfaat yang positif.

Manajemen dikatakan baik apabila manajemen tersebut sesuai dengan konsep dan program yang telah dirancang untuk mencapai sebuah keberhasilan. Oleh karena itu, pemimpin yang menjabat sebagai manajer di lingkungan sekolah perlu merencanakan manajemen yang bisa dijalankan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati bersama. Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen atau pengelolaan merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan (Nurdyansyah, 2017).

Berdasarkan fungsi pokok istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama, yaitu:

1. Merencanakan (planning)

2. Mengorganisasikan (organizing)

3. Mengarahkan (directing)

4. Mengkoordinasikan (coordinating)

5. Mengawasi (controlling)

6. Mengevaluasi (evaluation)

B. Prinsip Manajemen Sekolah

1. Equifinality (Ekufinalitas)

merupakan prinsip yang berasumsi bahwa terdapat beberapa metode yang berbeda yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Jadi di sini sekolah harus mampu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi dengan cara yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada meskipun masalahnya sama namun penyelesaian setiap sekolah pasti berbeda-beda.

2. Decentralization (Desentralisasi)

Di sini prinsip desentralisasi sejalan dengan prinsip Ekufinalitas yaitu sebelum adanya desentralisasi sekolah dipersilakan memiliki ruang yang lebih luas untuk berkembang, bergerak, dan bekerja dengan cara masing-masing untuk mengatur dan mengelola sekolah secara efektif dan efisien. Tanpa adanya desentralisasi maka sekolah tidak dapat dilaksanakan dan kendala lambatnya pemecahan masalah secara cepat tepat dan efisien.

3. Self Management System’ (Sistem Manajemen Sendiri)

Merupakan prinsip bahwa sekolah harus dikelola sendiri dengan hal tersebut memungkinkan sekolah untuk lebih kreatif inovatif dan berinisiatif serta bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah.

4. Human Initianif (inisiatif manusia)

Merupakan prinsip yang mengakui bahwa manusia bukan sumber daya yang statis (diam) melainkan dinamis (bergerak). Oleh karena itu, potensi sumber daya manusia harus digali dan dicari serta dikembangkan.

C. Ruang Lingkup Kajian Manajemen Sekolah

1. Berdasarkan Objek Garapan

Objek garapan merupakan aktivitas yang mencakup manajemen di sekolah secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dalam kegiatan mendidik yaitu:

a. Manajemen Peserta didik

Merupakan kegiatan sadar yang direncanakan dan diupayakan oleh sekolah untuk membina secara berkelanjutan terhadap seluruh peserta didik agar dapat mengikuti proses belajar mengajar secara aktif, efektif dan efisien, demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

b. Manajemen Personil Sekolah

Merupakan proses kegiatan untuk pembinaan para pegawai di sekolah, agar mereka dapat membantu atau menunjang kegiatan sekolah secara efektif dan efisien agar tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

c. Manajemen Kurikulum

Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pendidik (guru), peserta didik, dan seluruh warga sekolah.

d. Manajemen Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu sumber daya dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan penyediaan, penggunaan, perawatan dan pemakaian sarana dan prasarana pendidikan, maka diperlukan penyesuaian antara manajemen sarana dan prasarana. Yang dimana sekolah ditekankan untuk mandiri dalam mengatur sekolah.

e. Manajemen Tatalaksana

Manajemen tatalaksana ini merupakan kegiatan mencatat, menyimpan, menghimpun, mengelola, yang pada hakikatnya digunakan sebagai penunjang seluruh garapan manajemen sekolah.

f. Manajemen Pembiayaan atau Keuangan

Manajemen keuangan merupakan substansi administrasi pendidikan yang secara khusus menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan di sekolah. Manajemen ini, bertujuan untuk memberikan pelayanan sebaik mungkin  dalam hal pembiayaan sekolah yang meliputi biaya internal dan eksternal.

g. Manajemen Organisasi

Manajemen organisasi merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan organisasi yang ada di sekolah yaitu, dengan pembagian kerja dan tata kerja sekolah.

h. Manajemen Humas dan Kerjasama

Manajemen Humas dan Kerjasama merupakan manajemen yang bertujuan untuk mendapatkan simpati dan menarik perhatian masyarakat. Yang dimana manajemen ini digunakan untuk kegiatan operasional sekolah/pendidikan secara efektif dan efisien, untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

2. Berdasarkan fungsi Manajemen

3. Wilayah Kerja

a. Manajemen pendidikan seluruh negara

b. Manajemen Pendidikan satu Provinsi

c. Manajemen Pendidikan satu Kabupaten/Kota

d. Manajemen Pendidikan satu unit kerja

e. Manajemen kelas

4. Berdasarkan Pelaksanaan

D. Fungsi Manajemen

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan merupakan suatu tindakan pertama di dalam proses manajemen. Menurut Robbins yang dikutip dalam bukunya oleh (Nurdyansyah, 2017) bahwa perencanaan merupakan salah satu proses yang menentukan tujuan dan menetapkan cara tepat serta cocok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 

Definisi lain menyatakan bahwa perencanaan adalah konsep yang dapat melihat atau merencanakan sepuluh tahun kedepan, dua puluh tahun kedepan (program kerja jangka panjang) mengenai apa dan bagaimana rencana yang diinginkan. Dengan adanya perencanaan maka dapat digunakan untuk mengarahkan, mengurangi pengaruh lingkungan, serta merancang standar yang memudahkan para pengawas dalam mengawasi jalannya rencana tersebut.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian (organizing) merupakan suatu proses di mana didalamnya terdapat aktivitas mengkoordinasi hasil-hasil yang akan dicapai agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dan terlaksana dengan baik. Pengorganisasian juga diartikan sebagai proses yang memposisikan seseorang dalam struktur organisasi sehingga ia memiliki tanggung jawab, peran, tugas dan kegiatan yang  dilakukan berkaitan dengan fungsi organisasi dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama melalui perencanaan.

3. Menggerakkan (Actuating)

Menggerakkan merupakan suatu usaha untuk membuat semua orang berusaha untuk mencapai tujuan atau target sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sejak awal sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.

4. Kepemimpinan (Leadership)

Mondy dan Premeaux, yang dikutip oleh (Widodo, 2017) menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah usaha mempengaruhi orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan, agar pemimpin mereka melakukannya sesuatu yang diperintahkannya tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang di sekitarnya.

5. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan merupakan sebuah aktifitas yang di dalamnya terdapat kegiatan mengamati (observasi) yang dilakukan oleh manager dalam upaya memastikan bahwa hasil yang terkait sesuai dengan hasil yang telah direncanakan untuk peserta didik.

6. Penyusunan (Staffing)

Penyusunan yaitu proses pengambilan karyawan, pemanfaatan sarana dan prasarana, pelatihan, pendidikan dan pengembangan sumber daya karyawan  agar lebih efektif.

Adapun beberapa Faktor Pendukung dalam keberhasilan sebuah Manajemen Sekolah bermutu antara lain;

a. Kepemimpinan dan Manajemen sekolah yang baik

b. Kondisi sosial, ekonomi, apresiasi serta dukungan masyarakat terhadap pendidikan yang diselenggarakan.

c. Dukungan pemerintah serta

d. Kinerja yang Profesional

Daftar Pustaka

Nurdyansyah, Widodo Andiek. 2017. Manajemen Sekolah Berbasis ICT. Sidoarjo: Nizamia Learning Center. 


Selasa, 13 April 2021

Kultur Sekolah

Bismillahirahmanirohim

"Kultur Sekolah"

     Kultur berasal dari kata culture/budaya yang berarti pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang dan sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sulit diubah. Sedangkan Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang mana di dalamnya terdapat proses belajar, tempat menerima dan memberi ilmu pengetahuan serta tempat pembentukan karakter. Sebagaimana pendapat Johansson, Brorwnlee, Cobb-Moore, Boulton-Lewis dan Aildwood (2011, hal. 109) yang dikutip oleh (Sobri, 2019) bahwa sekolah merupakan lembaga yang digunakan sebagai lembaga untuk mempersiapkan siswa di kehidupan yang akan datang (masa depan), baik secara akademis maupun secara agen moral dalam masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa Kultur Sekolah atau Budaya Sekolah merupakan bentuk kumpulan norma-norma, nilai-nilai, keyakinan, adat istiadat, yang tumbuh dan berkembang di sekolah sekaligus memberikan identitas yang berbeda dari sekolah lainnya. 

     Kultur sekolah bisa mempengaruhi cara orang berpikir, merasa dan melakukan sesuatu. Oleh karena itu, Kultur Sekolah dapat menentukan pencapaian prestasi akademik maupun non-akademik serta sebagai proses pembelajaran bagi siswa dalam menciptakan sekolah yang berkualitas (Ariefa, 2013). Kultur sekolah juga digunakan untuk menyelesaikan kesulitan dan masalah yang sedang dihadapi sekolah dalam menciptakan generasi yang cerdas dan berkarakter yang baik. Bukan hanya itu saja, Kultur sekolah juga dipergunakan untuk menghadapi problem dalam beradaptasi dengan lingkungan baru sehingga nilai dan pendapat tersebut dapat diajarkan kepada anggota dan generasi baru agar memiliki pandangan tentang bagaimana seharusnya, berpikir, merasakan, dan bertingkah laku dalam menghadapi berbagai situasi dan lingkungan yang ada (Nursaptini, 2019).

     Kultur sekolah memiliki peran membentuk pola kultural dalam praktik kehidupan di sekolah. Kultur sekolah merupakan faktor kunci yang menentukan pencapaian prestasi akademik maupun non akademik, dan terlaksananya proses pembelajaran siswa. Kultur sekolah ini meliputi faktor material dan non-material. Faktanya menunjukkan bahwa keberhasilan pendidikan seringkali justru terletak pada faktor yang tidak terlihat. Karenanya, menekankan perbaikan pendidikan di sekolah pada proses restrukturisasi semata, tidak cukup . Namun demikian, restrukturisasi yang bersifat struktural dan rekonstruksi yang bersifat kultural dapat dilakukan secara seimbang.

     Dalam mengembangkan kultur sekolah, terdapat berbagai alternatif yang dapat disesuaikan dengan visi-misi dan kondisi sekolah, serta data diri siswa dalam berbagai kecerdasan. Sebagai sub-kultur, setiap sekolah dapat mengembangkan kultur sekolah yang khas sesuai dengan potensi yang dimiliki, yang bisa menjadi identitas kultur masyakarat yang lebih luas. Dengan adanya variasi tersebut, setiap sekolah memiliki kesempatan yang sama untuk membanggakan kelebihan sekolah masing-masing yang unik. Dan semua ini tergantung peranan pimpinan sekolah  dalam menggerakkan dan mengkomunikasikan visi-misi sekolah kepada seluruh warga sekolah.

     Dapat diketahui, bahwasanya sekolah itu merupakan suatu sistem yang memiliki tiga aspek pokok yang berkaitan dengan mutu sekolah yakni: proses belajar mengajar, kepemimpinan dan manajemen sekolah serta pembentukan karakter. Dengan berjalannya waktu dalam proses belajar mengajar pasti akan mengalami perubahan yang mana hal ini juga akan menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat. Oleh karenanya, semua unsur dalam sekolah harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya masing-masing. Semua unsur sekolah harus senantiasa memperbaharui ilmu pengetahuannya dan harus mengembangkan kultur yang mendukung semangat belajar, disiplin, jujur, mandiri, kreatif dan inovatif.

     Kultur sekolah memiliki peranan dalam menghasilkan produktivitas kerja yang baik pada setiap individu dan unit kerja sekolah. Kultur sekolah dalam suatu lingkungan pendidikan sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan Kepala Sekolah. Contohnya, kepuasan dan ketidakpuasan bawahan dalam bekerja yang berhubungan dengan pola kepemimpinan. Dilaporkan oleh Farrow, Valensi, dan Basa (dalam Mahtja, 1991) dalam jurnal (Roemintoyo, 2013) yang menyatakan bahwa keberadaan Kepala Sekolah dengan pola perilaku serta modal kepemimpinannya sangat mempengaruhi kultur sekolah yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. Oleh karenanya, sekolah sebagai suatu institusi pendidikan perlu membangun hubungan yang kompak antar warga sekolah dengan cara yang positif untuk memperbaiki kualitas sekolah yang bersangkutan.

     Kebudayaan Sekolah ini adalah bagian dari kebudayaan masyarakat luas, namun mempunyai ciri khas yang unik sebagai sub-kebudayaan atau sub-culture (Nasution, 1999). Contohnya, dari segi pakaian, bahasa yang digunakan, kebiasaan yang dilakukan, kegiatan-kegiatan serta ritual atau upacara yang dilakukan.

     Faktor yang membentuk kultur sekolah ini dipengaruhi oleh struktur dan kultur sekolah itu sendiri, serta interaksi dengan warga sekolah seperti kepala sekolah, guru, administrasi sekolah, tata usaha, antar individu sendiri bahkan materi pelajaran. Hal ini menyebabkan nilai, moral, sikap, dan perilaku siswa dapat tumbuh dan berkembang di sekolah.

Kultur sekolah memiliki unsur-unsur seperti:

1. Nilai-nilai moral, sistem peraturan, dan lingkungan sekolah

2. Warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, administrasi, tata usaha dan lain-lain)

3. Kurikulum sekolah

4. Letak, sarana dan prasarana sekolah.

Aspek-aspek kultur sekolah yang berpengaruh terhadap fungsi sekolah:

1. Visi dan nilai

Hal ini digunakan untuk menciptakan norma-norma yang positif dan nilai-nilai yang dipegang teguh untuk menambah semangat untuk memperbaiki sekolah. Sebagaimana Kouzes dan Posner (Locke, et.al. 1991) mendefinisikan visi sebagai berikut: “Vision as an ideal and unique image of the future”. Sedangkan Hickman & Silva mendeskripsikannya sebagai “A mental journey from the known to the unknown, creating the future from a montage of current facts, hopes, dreams, dangers, and opportunities”.

 Kutipan tersebut menjelaskan bahwa, visi merupakan citra ideal dan unik tentang masa depan atau pengenalan masa depan terhadap kondisi ideal yang dicita-citakan. Nilai, secara sosiologis atau antropologis, dapat didefinisikan sebagai berikut: “A value is a conception, explicit or implicit, distinctive of an individual or characteristic of a group, of a desirable which influence the selection from available modes, means, and ends of action”(Kluckhohn dalam Enz, 1986).

Oleh karena itu, nilai bukan hanya sekedar sebuah preferensi, melainkan merupakan kumpulan dari pemikiran, perasaan, dan preferensi. Menurut Parsons & Shils (Enz, 1986), komponen nilai meliputi: kognitif, emosional, dan evaluatif.

2. Upacara dan Perayaan

Upacara, tradisi, dan perayaan sekolah bermanfaat dalam membangun jaringan informal yang relevan dengan budaya. Hal ini digunakan untuk membangun hubungan baik antara warga sekolah dengan budayanya.

3. Sejarah dan cerita

Hal ini bertujuan untuk membangkitkan dan menumbuhkan semangat dalam berbudaya. Sejarah pada setiap budaya sekolah merupakan aliran sejarah dan peristiwa masa lalu yang ikut membentuk budaya yang berkembang pada masa kini. Dengan kata lain, sejarah masa lalu dapat membangkitkan semangat untuk mewujudkan kejayaan masa depan.

4. Arsitektur dan artefak

Dalam hal ini biasanya disebut sarana dan prasarana sekolah yaitu arsitektur, motto, kata-kata mutiara dan tindakan yang di mana hal ini sangat efektif dalam menumbuhkan nilai dan semangat sekolah. Contohnya, poster, majalah dinding (Mading), spanduk, logo dan lain-lain.

Kultur sekolah memiliki beberapa implikasi terhadap upaya perbaikan sekolah, seperti dikemukakan Deal & Peterson (2011) dalam jurnal (Ariefa, 2013). Namun demikian, dalam pelaksanaannya kultur sekolah seringkali justru terlewatkan dalam upaya perbaikan sekolah antara lain:

1. Culture fosters school effectiveness and productivity (Budaya mendorong terwujudnya fektivitas dan produktivitas sekolah). Yaitu guru dapat berhasil dalam memfokuskan budaya pada produktivitas, kinerja, dan upaya perbaikan.

2. Culture improves collegial and collaborative activities that fosters better communication and problem solving practices (Budaya meningkatkan kegiatan kolegial dan kolaboratif yang mendorong perbaikan komunikasi dan praktik pemecahan masalah). Yaitu di sekolah, budaya sangat menghargai kolegialitas dan kolaborasi.

3. Culture fosters successful change and improvement efforts (Budaya mendorong upaya keberhasilan perubahan dan perbaikan).

4. Culture builds commitment and identification of staffs, students, and administrators (Budaya membangun komitmen dan identifikasi dari para sttaf, siswa dan tenaga administrasi). Orang-orang termotivasi dan merasa berkomitmen pada suatu organisasi yang memiliki makna, nilai-nilai, sebuah tujuan yang baik.

5. Culture amplifies the energy, motivation, and vtality of a school staff, students, and community (Budaya menguatkan energi, motivasi, dan vitalitas dari staf sekolah, siswa, dan komunitas/masyarakat). Iklim sosial budaya berpengaruh terhadap orientasi emosional dan psikologis para staf.

6. Culture increases the focus of daily behavior and attention on what is important and valued (Budaya meningkatkan fokus pada perilaku keseharian dan perhatian pada apa yang penting dan bernilai/berharga).

Mermacam-macam kultur sekolah yang dapat dikembangkan yaitu:

1. Prestasi akademik

Yang di dalamnya terkait dengan mata pelajaran pokok yang dipelajari di sekolah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.

2. Prestasi Non-akademik

Yang di dalamnya terkait prestasi berdasarkan minat dan bakat seperti, olahraga, seni, keterampilan dan lain-lain. Dengan adanya prestasi non-akademik siswa memiliki keleluasaan untuk berpartisipasi, berkreasi, berpikir secara kritis, berperilaku kemanusiaan. Selama ini kebanyakan sekolah hanya menganggap penting prestasi akademik siswa sehingga kecerdasan majemuk siswa yang bervariasi seringkali terabaikan. Padahal dalam realitasnya, kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh prestasi akademik yang telah dimiliki, melainkan juga disebabkan oleh prestasi non-akademiknya.

3. Karakter

Yang di dalamnya menggambarkan pendidikan untuk pembangunan karakter pada dasarnya mencakup pengembangan substansi, proses dan suasana atau lingkungan yang menggugah, mendorong, dan memudahkan seseorang mengembangkan kebiasaan yang baik atau karakter positif seperti nilai religius, nilai demokrasi, kedisiplinan, kejujuran, ramah, anti kekerasan, toleransi, keterbukaan, kebijaksanaan, kemanfaatan, tolong menolong, kasih sayang, keberanian dan lain-lain.

4. Kelestarian lingkungan hidup

Yang di dalamnya terdapat upaya untuk menjaga dan menciptakan kelestarian lingkungan hidup seperti membuat “Sekolah Hijau” atau “Green School”. Untuk mewujudkannya, memerlukan komitmen bersama seluruh warga sekolah dalam pengembangan kultur sekolah yang ramah lingkungan.

     Itulah beberapa contoh kultur sekolah yang dapat dikembangkan oleh tiap-tiap sekolah. Dan masih banyak lagi alternatif lain yang sesuai dengan karakteristik dan kreativitas masing-masing sekolah. Program sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan dan mengembangkan kultur sekolah dapat bervariasi karena tidak ada model tunggal. Setiap sekolah memiliki tujuan umum pendidikan yang relatif (universal), namun sebagai sub-kultur, setiap sekolah dapat mengembangkan kultur sekolah yang khas (unik) sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh institusi sekolah. Sub-kultur tersebut biasanya identik dengan kultur di masyarakat yang lebih luas. Dengan adanya variasi tersebut, setiap sekolah memiliki peluang untuk menjadi sekolah unggul, dengan keunggulan masing-masing yang khas. Setiap sekolah bahkan dapat saling mengisi secara kolaboratif, bukannya bersaing secara kompetitif. Semuanya kembali kepada bagaimana dan kemana pimpinan sekolah akan membawa dan mengarahkan sekolahnya. Karena pimpinan sekolah memiliki peran besar dalam membagikan nilai (shared values) dan mengkomunikasikan visi-misi sekolah kepada seluruh warga sekolah.

Daftar Pustaka

Efianingrum Ariefa. 2013. Kultur sekolah. Jurnal pemikiran sosiologi Vol. 2 No.1 hal 20-29

Roemintoyo. 2013. Manajemen kultur sekolah (Konsep, operasional, dan temuan-temuan penelitian). Jurnal IPTEK Vol. Vl No.2. hal 131-133

Sobri Muhammad. dkk. 2019. Pembentukan karakter disiplin siswa melalui kultur sekolah. Jurnal pendidikan IPS. Vol. 6 No. 1